Kalau kita gunakan nalar sistem yang sederhana dalam melihat masalah pendidikan, maka kita akan dapatkan sumber masalah pendidikan yang dapat kita identifikasi, kemudian darinya kita mulai melihat, mengerti, dan memahami pendidikan secara baru dan menyegarkan, nalar sistem dimaksud adalah: input-proses-output. Jika kita berpikir diakhir secara objektif, kaitan dengan output pendidikan selama ini, apakah output pendidikan yang sudah, sedang dan akan dijalankan sudah sesuai dengan harapan, diluar harapan, atau tidak diharapkan? Harapan – harapan ini bisa dilihat dari tujuan pendidikan itu sendiri dan dari daya saingnya dengan output pendidikan yang dijalankan oleh negara lainnya.
“Quo Vadis” Pendidikan Indonesia, adalah judul yang akan mempertanyakan arah yang akan dituju oleh pendidikan di Indonesia. Kemana arah pendidikan yang dijalankan selama ini? apakah masih berada dijalan yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapainya, atau ia terpengaruh oleh lingkungan global dan kepentingan lainnya, hingga kita kehilangan arah itu, atau mungkin telah berubah arah.
Pendidikan adalah sebuah keniscayaan bagi setiap manusia yang berharap hidupnya lebih baik, lebih maju, sukses, dan mulia. Pendidikan dengan kata lain adalah tumpuan dan harapan semua manusia dan negara-bangsa, maka, bagi para penyelenggara pendidikan harus mengetahui kunci – kunci sukses dalam menjalankan pendidikan. mengetahui dan bisa memegang kunci sukses pendidikan, maka akan terbukalah dengan jelas masalah dan apa yang harus diperbuat dalam memajukan pendidikan?
Pergerakan, perubahan, dan kemajuan zaman yang semakin akseleratif, menuntut siapapun, dimanapu, dan dalam kondisi apapun harus siap dan sigap dalam mengikuti perkembangannya. Perubahan sain dan tekhnologi telah merevolusi informasi hingga dunia menjadi tidak ada batas. Perubahan ini telah berdampak secara psikologi dan social, termasuk dunia pendidikan yang ada didalamnya. Bagaimana pendidikan bersikap dan bertindak dalam merspon dan menyesuaikan diri dengan arus deras informasi? Pendidikan dalam hal ini tidak bisa apatis (masa bodoh) sikap ini akan membuat kita jauh tertinggal, skeptic (ragu akan kemampuan) membuat kita akan tergilas, atau bahkan prustasi (menyerah dan diam) yang akan membuat kita terkubur dalam menghadapi era informasi kali ini. ini tantangan sekaligus peluang yang harus direspon secara cerdas.
Umat islam sebagai mayoritas dari penduduk Indonesia ini, sudah saharusnya memberikan warna dan identitas bagi negara-bangsa ini. salah satu warna atau identitas yang dapat diberikannya adalah lewat dunia pendidikan. Islam sebagai agama yang universal, konprehensif, dan multi dimensi, tentunya memiliki ideal –ideal tentang pendidikan yang harus dijalankannya. Mengetahui dan mengenali orientasi pendidikan dalam Islam menjadi penting dan mendesak.
Syarat untuk bisa hidup di era informasi yang massif atau era industry 4.0 adalah dengan memiliki integritas atau karakter, agar tidak terombang ambing oleh perubahan dan perkembangan zaman yang semakin akseleratif. Belakangan dunia pendidikan disorot akan upayanya dalam membentuk karakter peserta didik, karena masyarakat mulai merasakan bahwa output pendidikan mengalami masa surut dalam membentuk karakter. Anak anak menjadi mahluk yang tidak ramah lingkungan. Anak – anak kali ini telah menjadi generasi yang manja, malas, hura-hura, brutal, dan anarkis. Kenyataan ini sudah berada diambang batas psikologis. Perlu adanya upaya serius dalam membidani lahirnya generasi yang memiliki karakter unggul yang bisa ajeg dengan identitas kesejatiannya sebagai generasi yang, cerdas, berani, peduli, kreatif, kolaboratif, dan taqwa. Generasi idaman itu pernah hadir menghiasi perdaban dunia dengan ilmu dan ahlak mulia, yang dibidani oleh Nabi SAW. Maka perlu kiranya kita mempelajari apa dan bagaimana Nabi SAW melahirkan generasi idaman.